ARTIKEL BARU

ARTIKEL BARU

MENGURANGI EMOSI DALAM BERINVESTASI

Story by : Debby Lukito Goeyardi
Category at: FOREX FOR FUN
Published : November 02, 2020
Dilihat: 1894 kali

Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.


zoom

Ada saran dari para investor bahwa Anda sebaiknya menghapus emosi dari pengambilan keputusan dalam hal keuangan. Saat mengalami tekanan finansial, orang cenderung kehilangan 13% poin IQ mereka yang menyebabkan mereka membuat keputusan yang terburu-buru yang akhirnya memicu pengambilan keputusan yang lebih buruk. Mungkin hal-hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang membeli tinggi ketika saham naik dan menjual rendah saat mereka panik ketika terjadi penurunan pasar dan tidak menunggu sampai harga saham pulih sedikit. Jika kita bisa menahan emosi dan berinvestasi dengan logika, kita semua mungkin bisa menjadi investor yang lebih baik. Jadi, bagaimana cara mengurangi atau bahkan menghilangkan emosi dalam proses investasi? Mari dengarkan nasihat dari para pakar ini.

 

Jangan fokus pada pengembalian dari menit ke menit

Menurut pakar perilaku keuangan darn Direktur Eksekutif The Center for Outcome dari Brinker Capital ini mengatakan bahwa terlepas dari kekuatan besar yang mampu menciptakan kekayaan dari pasar keuangan, namun mengamatinya terlalu dekat malah bisa membuat Anda ketakutan. Sebagai contoh, tampilah harian pada nilai portofolio menunjukkan kerugian 46,7 persen, sedangkan tampilan tahunan menunjukkan kerugian hanya 27,6 persen. Membatasi diri untuk tidak memeriksa portofolio kita terlalu sering akan mengarah pada peningkatan rasa aman dan pengambilan keputusan yang lebih baik. 

 

Jangan terlalu mencintai saham Anda

John Foard III, Presiden Foard Wealth Management di Charlotte, North Carolina – AS menyatakan bahwa Anda terlalu mencintai saham Anda sehingga berat untuk melepaskannya. Ingatlah bahwa saham tidak akan bisa membalas cinta Anda. Jika Anda merasa cinta dengan keamanan yang diciptakan oleh saham tersebut, perasaan itu akan membuat Anda seolah-olah merasa tidak akan pernah bisa menjual saham itu. Banyak orang yang cenderung menolak menjual investasi yang secara mendasar sudah tidak sehat. Mereka tidak bisa memaksa diri untuk mengakui bahwa hal itu merupakan keputusan yang buruk. Sebagian dari mereka mewarisi investasi dari orang tua dan tidak dapat menjualnya karena orang tua. Semua hal tersebut memungkinkan emosi menguasai Anda, alih-alih membiarkan logika dan fundamental kokoh sebaga dasar pengambilan keputusan. 

 

Dengarkan intuisi Anda sebelum berinvestasi

Minal Hasan yang merupakan pendiri K2 Global menyatakan bahwa sebaiknya Anda mendengarkan intuisi atau naluri Anda yang mungkin berusaha memperingatkan Anda ketika sesuatu tiba-tiba menarik perhatian massal. Terkadang ada satu nama perusahaan yang sangat Anda sukai. Sebagai contoh adalah Apple (ticker: AAPL). Kesuksesan Apple sebagian besar tergantung pada hubungan emosional antara konsumen dan produk mereka. 

 

Tentukan berapa banyak kerugian yang mampu Anda tanggung

Menurut Miguel Gomez, perencana keuangan bersertifikat di Lauterbach Financial Advisors di El Paso, Texas – AS, saat pasar sedang terjun bebas, Anda mungkin akan merasa cemas, sedih bahkan mungkin tertekan. Tidak ada salahnya mengakui bahwa hal yang Anda rasakan itu merupakan suatu perasaan yang normal. Untuk itu, sebelum berinvestasi atau saat membuat rencana investasi, pastikan berapa banyak kerugian yang menurut Anda akan mampu Anda tanggung sebelum kerugian itu terjadi. Hal ini membuat Anda tidak mengambil lebih banyak risiko daripada yang mampu Anda tangani. Tanyakan pada diri Anda sendiri berbagai pertanyaan sebelum melakukan investasi apa pun, seperti bagaimana investasi akan membantu tujuan Anda, apa skenario terburuk jika gagal atau bagaimana hidup Anda akan berubah jika investasi tersebut berlipat ganda, atau malah sebaliknya. 

 

Happy investing!


Artikel Terkait