Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.
Dalam bahasa Inggris, kata ‘resesi’ dituliskan sebagai ‘recession’ yang ternyata merupakan bahasa Latin recessus. Kata ‘recessus’ ini memiliki makna ‘kembali’ atau ‘mundur’. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Indonesia memasuki zona resesi yang salah satunya disebabkan oleh pandemi virus corona atau covid-19 yang terus berlangsung. Untuk semakin mengenal apa itu resesi, ada baiknya Anda memahami fakta-fakta tentang resesi berikut ini.
Resesi menggambarkan suatu periode penurunan ekonomi yang berlangsung setidaknya enam bulan, sedangkan depresi mengacu pada periode yang lebih berkelanjutan. Sebagai contoh adalah Great Depression atau Depresi Hebat yang terjadi pada tahun 1930-an dan berlangsung hampir sepanjang decade. Sedangkan Resesi Hebata atau Great Recession yang terjadi pada tahun 2007 hingga 2009 hanya berlangsung selama 18 bulan.
Ketika resesi melanda, pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan moneter dan fiskal. Melalui kebijakan moneter, seperti menurunkan suku bunga membuat hutang lebih murah bagi individu dan perusahaan, serta secara teoritis mendorong pengeluaran konsumen dan investasi bisnis. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengurangi pajak, meningkatkan pengeluaran, atau keduanya. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan lebih banyak uang ke tangan konsumen dan bisnis dalam upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi.
Kebalikan dari resesi adalah pemulihan atau pasar bullish. Hal ini diamati dalam kenaikan pasar yang dimulai pada tahun 2009. Peristiwa tersebut menandai akhir dari krisis keuangan dan mengarah pada pertumbuhan yang membuat S&P 500 bergerak dari nilai 1.000 pada bulan Juni 2009 menjadi 3.000 dan naik pada bulan Oktober 2019.
Salah satu efek positif dari resesi adalah menurunkan inflasi. Ketika inflasi naik pada periode sebelum resesi dan saat kerusuhan ekonomi mulai terjadi, maka permintaan yang lebih rendah untuk barang dan jasa tertentu mendorong harga turun lagi.
Penggunaan istilah ‘resesi’ karena menyebutkan situasi ‘depresi’ begitu menakutkan bagi sebagian besar masyarakat. Setelah Great Depression (Depresi Hebat) yang awalnya dianggap lebih ringan daripada istilah ‘panik’ atau ‘krisis’, istillah ‘depresi’ cenderung untuk menggambarkan kemerosotan ekonomi yang tampak sangat menakutkan. Para ekonom mulai menggunakan istilah ‘resesi’ sebagai gantinya. Saat ini, "depresi" digunakan untuk arti resesi yang sangat tajam dan sulit diselesaikan, namun tidak ada definisi formal dari istilah tersebut dalam ilmu ekonomi. Resesi pada tahun 2007 hingga 2009 tentu memiliki kesamaan yang tidak nyaman dengan Depresi Hebat, karena melibatkan krisis keuangan, pengangguran yang sangat tinggi, dan jatuhnya harga barang dan jasa.
Hingga tahun 1857, rata-rata lamanya resesi berlangsung dalam 17,5 bulan. Resesi sebenarnya telah lebih pendek dan tidak terlalu parah sejak zaman pemerintahan Buchanan. Rata-rata jangka panjang mencakup resesi tahun 1873 yang berlangsung selama 65 bulan. Begitu juga Depresi Hebat atau Great Depression yang berlangsung selama 43 bulan. Jika kita melihat periode sejak Perang Dunia II, sebenarnya resesi menjadi tidak terlalu keras dan berlangsung rata-rata selama 11,1 bulan. Resesi terpanjang pasca Perang Dunia II adalah yang dimulai pada bulan Desember 2007 dan berakhir pada bulan Juni 2009, dengan total berlangsung selama 18 bulan.