JURUS TEKNIKAL

JURUS TEKNIKAL

Strategi Trading Crossing Moving Average, Sudah Coba Belum?

Story by : Danuh Nuraga
Category at: Analisa Teknikal
Published : August 10, 2020
Dilihat: 4203 kali

Danuh Nuraga adalah Konsultan Perdagangan di Pasar Keuangan yang membantu Trader dan Investor profesional mendapatkan pengetahuan berharga dan strategi penting. Ia lulus dari California State University of Northridge di AS dan memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang Manajemen Bisnis. Ia juga memiliki pengetahuan dalam dunia bisnis, namun memiliki pengetahuan yang sangat luas di bidang Penerbangan dan memiliki Lisensi Pilot..


zoom

Untuk menjadi trader forex yang profitable, strategi tak perlu dibuat rumit. Bahkan pemula yang baru belajar pun bisa profit jika teknik trading forex yang digunakan simple dan mudah dipahami. Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah Crossing Moving Average.

 

Moving Average (MA) adalah indikator trend paling umum yang banyak digunakan trader. Mulai dari pemula hingga profesional, MA senantiasa difungsikan untuk mengidentifikasi arah trend. Pada dasarnya, ketika MA berada di bawah harga maka ia mengkonfirmasikan jika harga saat ini dalam trend bullish (naik). Sebaliknya, saat MA bergerak di atas harga, itu artinya trend saat ini teridentifikasi bearish (menurun).

Teknik trading forex dengan MA biasanya mengandalkan momen crossing (persilangan) MA. Ketika MA melintasi harga, garis indikator berpindah posisi dan menandakan perubahan arah trend. Umumnya, indikator Moving Average terdiri atas 3 jenis, yaitu SMA (Simple Moving Average), EMA (Exponential Moving Average), dan WMA (Weighted Moving Average).

Meski terdiri atas berbagai jenis, tetapi fungsi utama indikator MA adalah sebagai pendeteksi arah tren sekaligus penentu titik entry dari crossing antar dua indikator MA, yakni MA berperiode pendek dan MA berperiode panjang. Periode MA yang digunakan ini bervariasi dan tergantung kebutuhan masing-masing trader. Namun, periode yang lazim digunakan antara lain SMA-20 dan SMA-50, SMA-20 dan SMA-100, atau SMA-50 dan SMA-200.

Meski titik entry sudah diketahui dari strategi crossing MA di atas, tetapi ada baiknya Anda menggunakan konfirmator tambahan, seperti indikator RSI atau dengan menggunakan pola candle Heiken Ashi.

1. Gabungan Indikator MA Dan RSI RSI (Relative Strength Index) adalah salah satu indicator teknikal yang populer digunakan untuk mendeteksi kondisi overbought dan oversold. Harga dinyatakan oversold apabila berada di bawah level 30, sementara level overbought dinyatakan bila harga berada di atas level 70. Mengenai kaitannya dengan penggunaan strategi crossing MA, indikator RSI dapat digunakan sebagai konfirmator, agar titik entry semakin terkonfirmasi dengan valid.

2. Indikator MA Dan Heiken Ashi Heiken Ashi adalah salah satu jenis chart yang tampilannya mirip grafik candlestick. Namun, jenis chart satu ini tampak lebih jelas dalam menggambarkan kekuatan tren yang terbentuk, serta mampu menyaring noise yang dapat menganggu trader saat trading tren. Penggunannya pun jauh lebih mudah bila dibandingkan candlestick biasa.

Cukup perhatikan panjang shadow pada Heiken Ashi, maka Anda dapat menyimpulkan kekuatan tren saat itu. Trend trader umumnya juga menggunakan karakter bearish dan bullish Heiken Ashi sebagai cara entry berdasarkan pullback. Dalam kaitannya dengan strategi crossing MA, pola Heiken Ashi biasanya memancarkan sinyal trend lebih dulu dibandingkan MA.

3. Crossing Indikator Stochastic Stochastic termasuk indikator pertama yang digunakan para analis untuk memprediksi arah pergerakan harga. Indikator ini merupakan salah satu jenis indikator oscillator yang dibuat oleh George Lane dan mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1950-an. Tingkat akurasi indikator ini pun tak perlu diragukan lagi, mengingat "usia"nya yang telah mencapai setengah abad.

 

Oleh sebab itu, Stochastic Oscillator hingga kini masih digunakan oleh tak hanya trader forex sukses, tetapi juga saham, futures maupun komoditi. Jika dilihat dalam chart, indikator Stochastic tampak sekilas mirip dengan RSI.

Namun, indicator Stochastic terdiri dari dua komponen yang ditampilkan secara bersamaan, yaitu Garis %K yang mengukur tingkat perubahan harga saat ini, dan garis %D yang merupakan nilai rata-rata (Moving Average) dari garis %K, atau %K yang diperhalus.

Garis ini disebut juga dengan garis sinyal. Sama halnya dengan indikator lain, Anda juga bisa memanfaatkan crossing indikator Stochastic untuk entry posisi. Kuncinya yaitu: Jika %K memotong %D dari arah bawah ke atas, maka mengisyaratkan sinyal untuk buy. Bila garis %K memotong %D dari arah atas ke bawah, berarti mengisyaratkan sinyal untuk sell.


Artikel Terkait