JURUS TEKNIKAL

JURUS TEKNIKAL

INDICATOR : LEADING & LAGGING

Story by : Danuh Nuraga
Category at: Analisa Teknikal
Published : January 13, 2020
Dilihat: 5281 kali

Danuh Nuraga adalah Konsultan Perdagangan di Pasar Keuangan yang membantu Trader dan Investor profesional mendapatkan pengetahuan berharga dan strategi penting. Ia lulus dari California State University of Northridge di AS dan memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang Manajemen Bisnis. Ia juga memiliki pengetahuan dalam dunia bisnis, namun memiliki pengetahuan yang sangat luas di bidang Penerbangan dan memiliki Lisensi Pilot..


zoom

Hampir semua investor di forex sering mengambil keputusan berdasarkan berita ekonomi dan politik di seluruh dunia. Hal ini karena keduanya merupakan faktor fundamental dalam trading forex. Namun, selain perlu menelaah pergerakan harga forex dari segi fundamental, trader juga perlu melihat dari perspektif analisa teknikal yang diukur dengan berbagai macam indikator. Jika trader biasa mengambil keputusan berdasarkan faktor fundamental, bukankah lebih baik jika diimbangi dengan indikator teknikal? Indikator dalam forex diartikan sebagai alat utama dan paling penting bagi trader untuk menganalisa tren serta menentukan prospek arah harga di masa depan. Melalui indikator, trader dapat memperoleh gambaran atau prediksi mengenai kondisi pasar selanjutnya, sehingga memudahkan trader menentukan posisi open, baik itu buy maupun sell.

Secara umum, indikator dalam forex memiliki dua fungsi: memberikan pemetaan informasi kondisi pasar kepada trader, sehingga dapat digunakan untuk menentukan strategi yang tepat pada kondisi tersebut, serta memberikan signal-signal untuk entry maupun exit, sehingga trader dapat masuk atau keluar market dengan tepat. Tapi, pernahkah Anda menggunakan indikator yang bersifat leading atau lagging? Jika ya, Anda pasti setidaknya mengerti seperti apa dua sifat dasar yang dimiliki indikator ini. Secara umum, indikator leading dan lagging ada dalam setiap indikator. Keduanya berfungsi menginformasikan kondisi pasar pada trader. Namun secara spesifik, apa yang membedakan keduanya? Mari ikuti ulasannya.

Indikator Leading 


"Lead" dalam bahasa Indonesia artinya "memimpin"; demikian halnya dengan indikator ini. Indikator leading adalah indikator yang cenderung mendahului atau memimpin pergerakan harga, sehingga dalam penerapannya diharapkan dapat "memimpin" trader sebelum mengambil keputusan. Keunggulan indikator leading ini adalah dapat mengkonfirmasi pergerakan harga hanya dari 1 candle saja, sehingga akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan entry dengan cepat. Namun sebenarnya, trading menggunakan indikator leading ini terkesan risky but tricky. Benar memang jika indikator leading dapat memberi sinyal entry lebih cepat, tetapi juga besar kemungkinan sinyal yang ditunjuknya adalah false signal. Dalam kondisi seperti ini, keterampilan dan jam terbang masing-masing trader menjadi salah satu kunci penting menghindari kesalahan sinyal. Selain itu, berbagai tips mengindari false signal juga bisa dijadikan referensi tambahan.

Dalam aplikasinya di chart, indikator-indikator dengan sifat leading ini umumnya termasuk dalam golongan Oscillator, yakni jenis indikator teknikal yang bisa menunjukkan kondisi Overbought dan Oversold. Apabila Anda ingin trading dengan memanfaatkan sinyal dari indikator leading, maka beberapa opsi Oscillator berikut ini bisa Anda tambahkan dalam chart:

  • 1. Stochastic 


    Stochastic pertama kali diciptakan oleh George C. Lane pada akhir tahun 1950-an. Sebagai indikator Oscillator yang berguna untuk mengukur momentum, Stochastic akan menunjukkan saat-saat di mana pergerakan harga sudah mencapai level Overbought (jenuh beli) dan Oversold (jenuh jual). Indikator ini bahkan telah digunakan selama lebih dari 50 tahun, sehingga akurasinya tak perlu diragukan lagi.

    Stochastic terdiri atas dua garis, yaitu garis %D dan %K. Kedua garis ini nantinya bermanfaat untuk mengidentifikasi perilaku tren yang sedang terjadi, berdasarkan kesenjangan atau selisih antara garis %D dan %K (Divergensi). Apabila jarak antara garis %D dengan %K melebar, maka ada kecenderungan tren sedang menguat. Sementara bila %D dan %K menyempit, maka tren cenderung melemah. Pelemahan tren ini bisa menjadi titik awal pembalikan arah tren, atau disebut Reversal. Sebagaimana yang disebut di atas, indikator Stochastic juga banyak digunakan untuk menunjukkan kondisi Overbought dan Oversold. Overbought terjadi apabila garis-garis Stochastic menembus level 80, sehingga entry yang dapat diambil adalah entry SELL. Sementara kondisi harga dapat dinyatakan sebagai Oversold apabila kedua garis Stochastic berada di bawah level 20. Pada kondisi ini, Anda dapat mengambil keuntungan maksimal dengan melakukan entry BUY.

Indikator Lagging 


Berkebalikan dengan indikator leading, indikator lagging cenderung lamban dalam memberikan sinyal entry, sehingga trader boleh jadi kehilangan kesempatan untuk memanen profit maksimal. Biasanya, indikator lagging banyak ditemukan pada indikator pengukur arah tren, sehingga indikator ini juga dikenal sebagai "Trend Following Indicator".

Meskipun demikian, bukan berarti jika Anda tak bisa memanfaatkan indikator lagging ini. Faktanya, indikator lagging akan sangat membantu trader saat kondisi harga sedang trending. Disebut sebagai indikator Trend Following, maka Anda akan diberitahu momen yang tepat untuk entry posisi saat tren sedang menguat. Hal ini tak lantas menjadi fenomena baru, bila ternyata ada banyak trader menjadi Trend Follower. Jika Anda bisa me-manage emosi dengan baik, maka strategi Trend Following ini bisa menjanjikan keuntungan maksimal dalam jangka panjang.

  • 1. Exponential Moving Average (EMA) 
    Moving Average bisa dikatakan sebagai indikator yang sederhana dan mudah digunakan, sehingga tak heran jika indikator ini banyak dipakai oleh trader pemula. Di balik penampilannya yang sederhana itu, Moving Average menyimpan banyak informasi yang bisa diambil. Sebagai indikator penunjuk arah tren, MA dapat mengindikasikan kondisi Uptrend maupun Downtrend berdasarkan posisi candle terhadap garis MA-nya. Apabila candle berada di atas garis MA, maka kondisi tersebut cenderung menandakan Uptrend. Begitu pula jika candle berada di bawah garis MA, maka dapat dikatakan bahwa Downtrend sedang berlangsung.


    Selain itu, MA juga bisa digunakan untuk menemukan peluang Buy-Sell dari crossing antara dua garis MA. MA yang digunakan pun harus dengan periode yang berbeda, misalnya EMA berperiode 90 (EMA-90), EMA berperiode 21 (EMA-21), dan EMA berperiode 34 (EMA-34). 

Manakah Yang Lebih Penting Antara Indikator Leading Dan Lagging?

Indikator lagging memang penting karena memberikan informasi sejauh mana harga sudah berjalan, berapa lama periode yang telah ditempuh, serta level-level apa saja yang sudah dicapai. Namun, penggunaan indikator leading juga diperlukan, agar Anda mengetahui titik entry yang tepat dengan kesempatan meraup profit maksimal. Alangkah baiknya jika penggunaan kedua indikator trading tersebut bisa seimbang dan disesuaikan dengan kondisi pasar. Jika pasar sedang trending, maka indikator lagging lebih cocok Anda gunakan. Hal ini karena indikator lagging utamanya terdiri atas indikator penunjuk arah tren, seperti Moving Average, Bollinger Bands, atau MACD. Sementara indikator dengan sifat leading, sebaiknya digunakan jika pasar sedang sideways, karena dapat mengindikasikan kondisi Oversold atau Overbought, seperti indikator RSI dan Stochastic.

RECOMMENDATION FROM EXPERT :

  • Jadi, Indikator ini dipercaya dapat menginformasikan kondisi pasar dengan benar, Teruslah update seputar teknikal analisa khususnya teknikal karena hal ini sangat berperan penting bagi trading anda. 
  • Terus belajar dan jangan menyerah, dapatkan FREE Edukasi di Live Trading School MRG Premiere
  • Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI ini langsung dengan Saya untuk memaksimalkan profit anda.
  • CALL atau Whatsapp ke +62 8788.42.50.484 dan cari HADI

Artikel Terkait