JURUS TEKNIKAL

JURUS TEKNIKAL

Kebijakan Fiskal dan Dampaknya Terhadap Perdagangan Mata Uang

Story by : Danuh Nuraga
Category at: Analisa Teknikal
Published : August 10, 2020
Dilihat: 2325 kali

Danuh Nuraga adalah Konsultan Perdagangan di Pasar Keuangan yang membantu Trader dan Investor profesional mendapatkan pengetahuan berharga dan strategi penting. Ia lulus dari California State University of Northridge di AS dan memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang Manajemen Bisnis. Ia juga memiliki pengetahuan dalam dunia bisnis, namun memiliki pengetahuan yang sangat luas di bidang Penerbangan dan memiliki Lisensi Pilot..


zoom

Kebijakan fiskal adalah kebijakan keuangan yang dikeluarkan negara untuk memengaruhi perekonomian menggunakan pengeluaran, pendapatan, dan perpajakan. Ini digunakan bersamaan dengan kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, dan memengaruhi perekonomian menggunakan jumlah uang beredar dan suku bunga.

Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Idealnya, ekonomi harus tumbuh antara 2% -3% per tahun, pengangguran akan berada pada tingkat alami sebesar 4,7% -5,8%, dan inflasi akan berada pada tingkat target 2%. Siklus bisnis akan berada dalam fase ekspansi.

 

Sejarah kebijakan fiskal

Kebijakan fiskal tumbuh dari ide-ide John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris pada akhir 1800-an hingga 1900-an – yang menyatakan bahwa pemerintah harus dapat menggunakan pengaruhnya terhadap ekonomi untuk menyeimbangkan fase ekspansi dan kontraksi dari siklus bisnis.

Keynes menegaskan bahwa, ketika ada aktivitas rendah dalam perekonomian, pemerintah harus memiliki defisit anggaran. Kebalikannya, selama masa aktivitas tinggi dalam perekonomian, anggaran harus surplus.

Pada dasarnya, Keynes meletakkan dasar bagi kebijakan fiskal dengan menyatakan bahwa pemerintah dapat memanipulasi pengeluaran konsumen dan investor dengan memperluas atau mengontrak untuk menangkal waktu aktivitas rendah atau tinggi.

 

Apa Itu Stimulus Fiskal?

Pada dasarnya, ada dua wilayah kebijakan utama yang dapat dipergunakan oleh otoritas untuk memengaruhi perekonomian. Yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter berkaitan dengan peredaran uang dalam perekonomian yang berada dalam kewenangan bank sentral, sedangkan kebijakan fiskal berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran anggaran pemerintah.

Kebijakan fiskal umumnya lebih lagging daripada kebijakan moneter. John Calverley dalam buku "The Investor's Guide to Economic Fundamentals" mencatat, dampak kebijakan moneter dapat muncul dalam tempo 3 bulanan dan kemungkinan berakhir setelah 12 bulan. Sedangkan dampak kebijakan fiskal baru akan muncul dalam periode 9-24 bulan. Namun, tetap saja, efek kebijakan fiskal maupun moneter sama-sama tidak bersifat long-term. Rangkuman perbedaan kebijakan moneter dan fiskal: Moneter berkaitan dengan jumlah uang berbedar, sedangkan fiskal berkaitan dengan APBN. Moneter berada di bawah Bank Sentral, sedangkan fiskal berada di bawah Pemerintah.

Dampak kebijakan fiskal lebih lambat sampai pada perekonomian ketimbang kebijakan moneter. Stimulus fiskal adalah event kebijakan fiskal yang terjadi ketika pemerintah meningkatkan anggaran pengeluarannya. Sering juga disebut sebagai pelonggaran anggaran atau expansionary fiscal policy.

Realisasi stimulus fiskal bisa diwujudkan dalam beragam bentuk, antara lain: Pemangkasan pajak, baik pajak personal maupun korporat Peningkatan atau pembagian subsidi langsung, seperti tunjangan pengangguran, pensiunan, Pembangunan infrastruktur publik, seperti jalan raya, jalur kereta, pelabuhan, dll.

Bagaimana kita mengetahui adanya perubahan fiskal? Misalnya pemerintah Indonesia telah menjalankan defisit anggaran 5% dari GDP selama 3 tahun, lalu pada suatu waktu meningkatkannya menjadi 8% dari GDP, maka itu artinya pemerintah Indonesia menjalankan stimulus fiskal. Sekedar defisit anggaran 5% itu saja tidak menandai adanya stimulus.

Namun, langkah pemerintah meningkatkan defisit dari 5% menjadi 8% itu merupakan indikasidiluncurkannya stimulus fiskal. Berkebalikan dengan pelonggaran fiskal, ada pula pengetatan fiskal (contractionary fiscal policy).

Dalam situasi kebijakan fiskal ketat, pemerintah mengurangi defisit anggaran. Beberapa perwujudannya antara lain peningkatan pajak, pemangkasan subsidi, dan penurunan anggaran  pembangunan infrastruktur publik. Perubahan antara pelonggaran dan pengetatan fiskal akan terus menerus dilakukan sesuai dengan kondisi perekonomian.

Penting untuk diperhatikan: Pengambilan kebijakan fiskal lebih rentan dipengaruhi oleh motif politis daripada urgensi riil, sehingga sering dianggap populis. Ada pemerintahan yang sangat enggan meluncurkan stimulus fiskal karena pemilih menganggapnya sebagai pemborosan (contoh: Jerman). Ada pula pemerintahan yang sering meluncurkan stimulus fiskal karena pemilih menyukai statistik ekonomi yang bagus.

 

Dampak Stimulus Fiskal Terhadap Kurs Mata Uang

Tujuan stimulus fiskal yaitu untuk meningkatkan output dan permintaan agregat dalam jangka pendek, sehingga menciptakan kesan seakan-akan perekonomian bertumbuh pesat. Stimulus fiskal juga bisa dirancang agar tertarget ke sektor tertentu, sehingga mendorong investor untuk beramai-ramai masuk kesektor tersebut.

Sebagai contoh, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memangkas pajak korporasi pada awal masa jabatannya, mengakibatkan investor memburu saham-saham perusahaan top AS. Pertanyaannya, bagaimana dampak stimulus fiskal terhadap nilai tukar (kurs) mata uang? Dampaknya bisa bullish maupun bearish. Berikut ulasan selengkapnya.

 

Dampak Bullish Berita

mengenai stimulus fiskal biasanya membuat investor mengharapkan terhentinya perlambatan ekonomi, atau bahkan meningkatnya pertumbuhan GDP. Di sisi lain, pemerintah membutuhkan pemasukan tambahan untuk mendanai stimulus tersebut. Dari mana sumber pemasukan tambahan itu? Utang. Ketika pemerintah meluncurkan stimulus fiskal masif, maka mereka akan menjual lebih banyak obligasi negara. Arus uang masuk ke negara tersebut untuk membeli obligasi, sehingga bakal mendorong kurs mata uang terkait untuk menguat dalam jangka pendek.

Meski demikian, pengumuman stimulus fiskal biasanya tidak berdampak besar. Apabila diumpamakan dengan sinyal dampak yang lazim tampil dalam kalender forex, maka hanya berwarna oranye atau dua banteng saja.

 Mengapa stimulus fiscal tidak berdampak besar terhadap kurs mata uang?

Pertama, kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh yang bersifat lebih lagging dibandingkan kebijakan moneter. Kedua, pengaruh stimulus fiskal terhadap nilai tukar dalam jangka panjang justru bisa bersifat bearish.


Artikel Terkait