JURUS TEKNIKAL

JURUS TEKNIKAL

Yuk Mengenal Apa Itu Pola Candle Smash Bar?

Story by : Danuh Nuraga
Category at: Analisa Teknikal
Published : November 16, 2020
Dilihat: 2391 kali

Danuh Nuraga adalah Konsultan Perdagangan di Pasar Keuangan yang membantu Trader dan Investor profesional mendapatkan pengetahuan berharga dan strategi penting. Ia lulus dari California State University of Northridge di AS dan memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang Manajemen Bisnis. Ia juga memiliki pengetahuan dalam dunia bisnis, namun memiliki pengetahuan yang sangat luas di bidang Penerbangan dan memiliki Lisensi Pilot..


Berbicara mengenai pola candlestick, anda tentu sudah tahu bahwa pola candle terbagi menjadi 3, yaitu single (1 candle), double (2 candle), serta triple (pola 3 candle). Bagi kebanyakan trader, pola 3 candle dianggap sebagai pola dengan akurasi tinggi. Pola candlestick. Tentunya untuk memeahami pergerakan pasar uang dlaam candlestick, anda harus tahu pola pola yang diberikan oleh candlestick.

 

Apa Itu Pola Candle Smash Bar?

Smash Bar adalah salah satu pola candlestick mirip Pin Bar. Bedanya, pola ini mewajibkan body candle-nya tepat menyentuh level penting, seperti level Support and Resistance atau Supply and Demand saat harga tengah sideways. Pola candle Smash Bar yang terbentuk pada level-level tersebut mengindikasikan sinyal reversal berakurasi tinggi.

Adapun contoh Smash Bar yang terbentuk dalam serangkaian sideways bisa Anda lihat pada chart AUD/USD berikut ini: Pola candle Smash Bar dalam chart Jika dilihat secara sekilas, pola candle Smash Bar memang tampak mirip dan identik dengan Pin Bar; sama-sama memiliki body kecil serta sumbu yang panjang.

Dari sisi penamaan, kedua pola ini memiliki hubungan terbalik; Bearish Smash Bar berarti Bullish Pin Bar, sementara Bullish Smash Bar memiliki makna yang sama dengan Bearish Pin Bar. Lalu, apa alasannya sehingga pola ini dinamakan Smash Bar kalau pada dasarnya sama saja dengan Pin Bar? Istilah "smash" pada pola candle Smash Bar berasal dari body candle yang terkena smash oleh level penting dalam chart.

Pada titik inilah Anda harus benar-benar jeli membedakan antara Smash Bar dengan Pin Bar. Pasalnya, jika yang tersentuh oleh titik Support Resistance atau Supply Demand hanyalah sumbu candle, maka pola tersebut hanyalah Pin Bar klasik. Akan tetapi, bila yang terkena smash adalah body candle, maka dapat dipastikan candle tersebut termasuk Smash Bar.

Di samping itu, pola candle Smash Bar lebih tepat digunakan dalam kondisi pasar ranging alias sideways. Biasanya, trader akan memasang Pending Order berdasarkan strategi maupun sistem trading yang difokuskan untuk mencari peluang pada pembalikan harga di level-level penting.

 

Ada beberapa hal yang mesti Anda perhatikan jika ingin memanfaatkan pola ini untuk trading, antara lain:

  1. Tentukan Kondisi Sideways Yang Bisa Ditradingkan Kondisi sideways dalam forex bisa ditradingkan apabila dibatasi oleh range harga yang jelas. Kondisi sideways yang stabil biasanya digambarkan dengan pergerakan harga di antara level Support dan Resistance secara beraturan. Namun sebelum memutuskan untuk trading di market sideways, ada baiknya Anda mengubah chart ke time frame yang lebih tinggi.

Tujuannya adalah agar pergerakan harga bisa terbaca secara lebih jelas, sehingga Anda tak terjebak dalam kondisi sideways yang tidak bisa ditradingkan. Lho, memangnya ada ya kondisi sideways yang seperti itu? Ada. Kondisi sideways yang tidak bisa ditradingkan adalah apabila harga bergerak dalam batas-batas tidak beraturan. Kondisi harga semacam ini disebut choppy. Pergerakan harga yang choppy atau sideways tak beraturan disebabkan oleh konsolidasi pasar, di mana para pelaku sedang saling menunggu. Kondisi seperti ini tidak layak untuk ditradingkan karena candlestick acapkali bergerak tidak menentu, sehingga sulit menetapkan Risk Reward Ratio yang memadai. Risk Reward ratio dalam forex

2. Identifikasi Pola Candle Smash Bar Setelah menentukan kondisi sideways yang bisa ditradingkan, selanjutnya Anda perlu mengidentifikasi pola candlestick yang terbentuk dalam chart. Pastikan Smash Bar yang berhasil Anda temui telah memenuhi dua komponen utama; posisi body candle tepat berada di level penting serta memiliki sumbu panjang. Jika pola yang terbentuk belum memenuhi dua poin tersebut, maka bisa jadi candle di sana hanyalah Pin Bar.

3. Lakukan Entry Setelah Terbentuk Konfirmasi Cara konfirmasi paling sederhana dalam Price Action adalah menunggu candle berikutnya selesai tertutup. Katakanlah Anda sudah mendapat sinyal sell dari Bearish Smash Bar, maka konfirmasi entry dapat ditunggu hingga candle setelah Smash Bar ditutup di level yang lebih rendah.

Meski trading dengan candlestick tergolong strategi Price Action, tetapi tak ada salahnya jika Anda menambahkan sedikit tool tambahan sebagai konfirmator. Tak perlu susah-susah, cukup gunakan indikator teknikal dari golongan Oscillator seperti RSI atau Stochastics. Kedua jenis indikator tersebut sering diandalkan dalam market sideways, karena dapat memberikan sinyal jenuh jual (oversold) dan jenuh beli (overbought).

4. Tentukan Level Stop Loss Dan Take Profit Satu lagi kiat tambahan untuk trading di market sideways adalah strategi exit. Karena pergerakan sideways ditentukan dalam batas Support dan Resistance, maka level Stop Loss dan Take Profit juga bisa ditetapkan berdasarkan dua level penting tersebut. Cara lain dalam menentukan level Stop Loss maupun Take Profit adalah dengan mengacu pada Risk Reward Ratio yang telah ditetapkan. Cara trading dengan Smash bar

5. Pastikan Untuk Selalu Mengontrol Emosi Poin terakhir yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan saat trading di market sideways adalah emosi. Anda tentu sudah paham betul bahwa kondisi market sideways memungkinkan harga berubah arah dengan cepat akibat aksi tarik-menarik antara pihak seller vs. buyer. Hal ini bisa saja menggiring emosi Anda untuk "memaki chart" karena harga tiba-tiba berbalik arah melawan posisi entry. Untuk mensiasati hal ini, ada baiknya Anda membuat Sistem Manajemen Emosi (SME). Poin utama dalam SME adalah meredam emosi-emosi destruktif (destructive emotions) dan memperkuat emosi-emosi menguntungkan (beneficial emotions).


Artikel Terkait