SEMUA ARTIKEL

SEMUA ARTIKEL

MENGHADAPI RESESI (bagian 1)

Story by : Debby Lukito Goeyardi
Category at: SEPUTAR FOREX
Published : October 03, 2020
Dilihat: 2565 kali

Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.


Resesi dapat menghancurkan ekonomi dan mengganggu kekayaan individu, bisnis serta investor. Namun, penurunan ekonomi memang tidak bisa dihindari. Kekuatan perdagangan Anda ditentukan oleh bagaimana Anda menanggapi krisis yang terjadi. Pandemi covid-19 yang tak bisa dihindari ini pun makin menunjukkan dampak buruknya. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Indonesia masuk zona resesi di mana proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 yang diperkirakan minus 2,9 persen hingga minus 1,0 persen.

 

Apa itu resesi?

Resesi merupakan periode berkurangnya kegiatan ekonomi dalam siklus bisnis, yang mewakili kontraksi yang dapat terjadi pada kombinasi Produk Domestik Bruto (PDB / Gross Domestic Product (GDP), penjualan ritel, manufaktur, lapangan kerja dan sebagainya. Biasanya, istilah resesi diterapkan ketika angka Produk Domestik Bruto mengalami penurunan dua kuartal atau lebih secara berturut-turut. 

 

Apa penyebab resesi?

Resesi bisa disebabkan oleh pola tertentu di berbagai indikator utama, seperti suku bunga tinggi, kepercayaan konsumen yang rendah hingga upah yang stagnan. Peristiwa besar tunggal juga bisa menyebabkan periode penurunan ekonomi yang berkelanjutan, seperti krisis hipotek subprima Amerika Serikat (subprime mortgage) pada tahun 2007 hingga pandemi virus corona yang melanda dunia saat ini dan belum ditemukan penanganan tepat untuk menghentikan penyebarannya.

 

Tanda-tanda resesi

Ada berbagai tanda resesi yang dapat memprediksi suatu penurunan ekonomi. 

 

Kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB):

PDB berfluktuasi secara alami dalam jangka pendek. Namun, PDB yang mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut merupakan definisi resesi yang dipahami oleh masyarakat secara umum. 

 

Kurva Imbal Hasil Terbalik untuk Obligasi Jangka Panjang AS

Kurva imbal hasil terbalik (Inverted Yield Curve) menggambarkan situasi di mana utang jangka panjang menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada utang jangka pendek. Sebagai contoh adalah kurva imbal hasil terbalik untuk obligasi jangka panjang AS (US treasury bond) yang berarti investor berbondong-bondong ke obligasi jangka panjang, meningkatkan permintaan serta menyebabkan imbal hasil turun. Peristiwan ini sebelumnya telah memberikan prediksi yang dapat diandalkan untuk resesi, seperti resesi yang terjadi pada tahun 1981, 1991, 2001 dan 2008. 

 

Inflasi yang mengalami peningkatan

Ketika inflasi meningkat terlalu cepat sebagai akibat dari ledakan ekonomi, maka konsumen merasakan tekanan dari peningkatan biaya hidup serta menanggapi tekanan tersebut dengan mengurangi pengeluaran mereka. Akibatnya, bisnis mungkin mengalami penurunan pendapatan serta berjuang dengan biaya produksi dan energi yang lebih tinggi. Ditambah dengan hutang yang semakin sulit untuk dilunasi, faktor-faktor tersebut dapat menjadi penyebab kerusakan ekonomi yang cukup besar dan dapat menyebabkan kondisi resesi. Selain itu, kenaikan harga minyak telah melebihi sembilan dari sepuluh resesi pasca Perang Dunia II. Bank sentral akan sering menurunkan suku bunga untuk mengurangi biaya kredit bagi bisnis dan individu sebagai upaya untuk menstimulasi ekonomi kembali. Namun, dengan tingkat suku bunga global yang sangat rendah serta pengeluaran yang terus menurun, muncul kekhawatiran luas akan potensi pertumbuhan ekonomi di jaman modern. 

 

Indikator manufaktur lemah

Kesejahteraan industri manufaktur merupakan faktor penting dalam kesehatan ekonomi tertentu. Jika indikator manufaktur suatu negara turun, hal tersebut bisa menjadi tanda bahwa manajer pembelian tidak yakin tentang kondisi bisnis dan / atau pertumbuhan industri di masa depan.

 

Upah yang stagnan

Secara alami, perusahaan lebih bersedia menawarkan gaji ketika ekonomi sedang kuat. Namun, jika upah terhenti, maka hal tersebut bisa menjadi pertanda bahwa bisnis sedang berjuang dalam ekonomi yang menantang. 

 


Artikel Terkait