Geraldo Kofit adalah Seorang Profesional Trader yang sudah lama berkecimpung di dunia trading kurang lebih 2 tahun. Dengan 2 teknik sederhana Trend Line dan Moving Average, Gerald siap untuk membantu anda sebagai Trading Advisor handal..
Tentunya, kata STOP LOSS ini sangatlah dihindari oleh trader. Baik itu di pasar saham ataupun pasar berjangka, STOP LOSS merupakan momok yang sangat menakutkan dan juga sangat dihindari oleh para trader dan investor. Tetapi, tahukah Anda bahwa STOP LOSS ini tidaklah semenakutkan yang Anda bayangkan? Ya, tentu saja jika Anda mengenalnya lebih dekat lagi. Pada kesempatan ini, saya akan mencoba mengenalkan Anda dengan STOP LOSS. Tentunya, tidak kenal maka tidak sayang kan? Banyak trader pemula yang kapok menggunakan fasilitas STOP LOSS, karena dianggap mempercepat kerugian. Padahal ini penting untuk diterapkan. Kebanyakan menganggap bahwa STOP LOSS itu “mempercepat” kerugian dan menganggapnya sebagai biang keladi atas hasil negatif dari open position yang diambil sehingga modal tergerus sedikit demi sedikit. Dengan alasan itulah, banyak yang akhirnya nekad bertrading tanpa STOP LOSS.
Padahal sebenarnya, STOP LOSS sendiri memiliki fungsi untuk membatasi kerugian sehingga tidak terlalu besar. Sebagai contoh, Anda membeli saham CPIN seharga Rp 5000. Kemudian Anda menetapkan stop loss sebesar 10% atau Rp 500 di bawah harga pembelian saham tersebut, yaitu di Rp 4500. Dengan demikian saat harga turun lebih jauh lagi, Anda hanya mengalami kerugian maksimal sampai 10% saja. Di dalam trading, teknik membatasi kerugian ini sering disebut Cut Loss (Cut = memotong, Loss = kerugian) atau Stop Loss (Stop = menghentikan, Loss = kerugian). Prinsip keduanya sama, cuma beda istilah saja.
STOP LOSS sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu STOP LOSS manual dan STOP LOSS otomatis yang berarti :
Akan tetapi, pada akhirnya kita akan bertemu dengan sebuah pertanyaan"berapa sih STOP LOSS (SL) yang tepat?".
Berikut adalah saran saya yang dapat Anda terapkan:
RECOMMENDATION FROM EXPERT: