Hadi adalah penasihat perdagangan di pasar berjangka sebagai pedagang valas dan komoditas. Sebagai seorang trader scalper, Dia menggunakan strategi Trendline dan Indikator Aligator untuk trading. Dia akan membantu Anda mempelajari cara menghasilkan uang dari 'zero' menjadi 'hero'.
Pada dasarnya setiap kali membuka posisi trading, Anda telah mengekspos sebagian dari modal sebagai jaminan (Margin) untuk mendapatkan keuntungan di pasar Forex. Masalahnya, hanya ada dua kemungkinan bagi setiap posisi trading yang masih berjalan; mendapat untung dari akumulasi poin positif atau malah merugi karena akumulasi poin minus.Contoh nya sebagai berikut:
Budi membuka lima posisi trading di beberapa pair mayor setiap harinya. Setiap posisi hanya dibiarkan berjalan tanpa Stop Loss sama sekali. Asumsinya, modal awal adalah USD 1,000 di akun mini, Win Rate 60% (di atas syarat Win Rate 55% untuk mempertahankan profit konsisten) dan Leverage maksimalnya 1:200. Sekilas, dari Win Rate-nya saja seharusnya Budi bisa memperoleh keuntungan. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, setelah 1 minggu trading berturut-turut dia malah merugi. Berikut perhitungan detail-nya:
Karena si Budi tidak pernah menggunakan Stop Loss, rata-rata kerugian per posisi adalah 20 pip, maka Gross profit = 200 pip
Dari perhitungan di atas, setelah satu minggu sering trading setiap harinya, Budi merugi hingga 50 pip, atau sekitar USD 50. Itupun belum termasuk beban biaya trading.
1. Sering Trading Berpotensi Memicu Stres Berlebihan
Semakin banyak posisi trading berjalan, maka semakin besar pula kecemasan yang diakibatkan oleh harapan berlebihan untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Perlahan-lahan, secara tidak sadar kebiasaan sering trading membuat Anda menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk menatap chart dan mengecek setiap posisi secara kompulsif. Satu posisi saja sebenarnya sudah cukup untuk membuat gusar trader pemula jika ternyata harga bergerak di luar perkiraan. Jadi bayangkan saja efeknya bila terdapat banyak posisi berjalan dalam waktu yang sama. Bisa dipastikan tekanan stres akan muncul bertubi-tubi jika kondisi pasar bergejolak. Kecenderungannya, trader akan terjerumus praktik Overtrading karena ingin membalas posisi rugi dengan membuka posisi baru. Dalam kurun waktu lama, jika dibiarkan berlanjut maka kebiasaan terlalu sering trading akan menjerat trader hingga mengalami depresi.
2. Terlalu Sering Trading Justru Menghambat Profit Konsisten
Meraih profit konsisten sebenarnya tidak menuntut trader untuk sering trading. Menurut salah satu trader Price Action profesional, Nial Fuller, dibutuhkan kesabaran untuk mendapat keuntungan besar dari satu posisi trading strategis. Maksudnya, Anda harus sabar menunggu sinyal-sinyal konfirmasi berakurasi tinggi sebelum membuka posisi. Analoginya seperti seorang penembak jitu. Dia hanya akan menekan picu tembak setelah target benar-benar berada tepat di lintasan proyektil. Sama halnya dengan seorang trader, market order hanya akan dieksekusi jika harga berada pada level tertentu sesuai dengan konfirmasi sinyal:Masalahnya, kebiasaan sering trading muncul dari ketidaksabaran trader untuk menunggu waktu yang tepat untuk membuka lalu menutup posisi.
3. Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Sering Trading?
RECOMMENDATION FROM EXPERT :