Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.
Satu hal penting adalah investor sebaiknya memperhatikan rasio hutang terhadap ekuitas dari suatu perusahaan. Jika perusahaan tersebut memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang besar, hal ini tentunya menjadi tanda bahaya karena berarti lebih banyak pendapatan perusahaan yang digunakan untuk membayar hutang, terutama jika pertumbuhan hanya berasal dari penambahan lebih banyak hutang. Warren Buffett sendiri lebih memilih pertumbuhan pendapatan yang berasal dari ekuitas para pemegang saham (SE atau shareholders’ equity). Perlu dicatat bahwa perusahaan dengan ekuitas pemegang saham positif berarti perusahaan menghasilkan arus kas yang cukup untuk menutupi kewajibannya dan tidak bergantung pada hutang untuk membuatnya tetap bertahan. Bagi Warren Buffett, hutang yang rendah serta ekuitas pemegang saham yang kuat merupakan dua komponen kunci sukses dalam memilih saham.
Warren Buffett mencari perusahaan yang memiliki margin laba yang baik, terutama jika margin laba bertambah. Seperti halnya dengan ROE, Warren Buffett memeriksa margin laba selama beberapa tahun untuk memperhitungkan tren jangka pendek. Agar tetap berada di dalam radar Warren Buffett, maka manajemen perusahaan harus mahir dalam menumbuhkan margin laba mereka dari tahun ke tahun. Hal ini tentu menjadi sebuah tanda bahwa manajemeh pandai mengendalikan biaya operasional.
Warren Buffett menganggap bahwa perusahaan yang menghasilkan produk yang dapat dengan mudah diganti memiliki risiko lebih besar daripada perusahaan yang memberikan penawaran yang lebih unik. Sebagai contoh, produk perusahaan minyak tidak terlalu unik karena klien dapat membeli minyak dari sejumlah pesaing lain. Namun, jika perusahaan memiliki akses ke tingkatan minyak yang lebih diinginkan dan bisa disuling dengan mudah, maka hal itu mungkin merupakan investasi yang layak untuk dipertimbangkan. Dalam hal ini, kualitas minyak yang diinginkan perusahaan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang membantunya memperoleh keuntungan melalui penjualan dan margin yang lebih besar.
Inilah inti dari value investing, yaitu menemukan perusahaan yang memiliki fundamental bagus, namun berdagang di bawah posisi yang seharusnya. Hal ini berarti semakin besar diskon yang diterapkan, maka semakin banyak ruang untuk profitabilitas. Tujuan investor value investing seperti Warren Buffett adalah menemukan perusahaan yang mendapat penilaian terlalu rendah dibandingkan dengan nilai intrinsiknya. Peluang untuk membeli saham dengan harga diskon muncul ketika nilai pasar perusahaan saat ini lebih murah daripada nilai intrinsiknya. Meskipun tidak ada rumus pasti untuk menghitung nilai intrinsic, para investor akan meninjau berbagai faktor untuk memperkirakan nilai intrinsiknya, seperti tata kelola perusahaan serta potensi pendapatan di masa depan.
Yang perlu digaris bawahi adalah Warren Buffett dikenal sebagai investor buy-and-hold, di luar gayanya yang berorientasi pada nilai. Warren Buffett tidak tertarik menjual saham dalam dekat untuk merealisasikan capital gain. Sebaliknya, Warren Buffett memilih saham yang menurutnya menawarkan prospek bagus untuk pertumbuhan jangka panjang. Hal ini membuat Warren Buffett mengalihkan fokus dari apa yang dilakukan oleh orang lain. Sebaliknya, Warren Buffett melihat apakah sebuah perusahaan berada dalam posisi yang kuat untuk menghasilkan uang untuk bergerak maju serta apakah sahamnya dihargai dengan wajar.
Happy investing!
Ini Dia Penyebab Loss Ini Saat Trading Gold
Seputar Forex
Danuh Nuraga
Tips Trading Dengan Pivot Point
Seputar Forex
Danuh Nuraga
Mengenal Apa Itu Gartley Pattern
Seputar Forex
Danuh Nuraga