SEPUTAR FOREX

SEPUTAR FOREX

GENERASI MILENIAL DI PASAR KEUANGAN (bagian 1)

Story by : Debby Lukito Goeyardi
Category at: SEPUTAR FOREX
Published : October 10, 2020
Dilihat: 2319 kali

Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.


Generasi ini tidak pernah melakukan pembelajaan tanpa melalui smartphone mereka. Generasi ini juga memiliki kebiasaan membeli yang jauh berbeda dari orang tua atau kakek nenek mereka. Mereka lebih mendengarkan serta mengandalkan nasihat rekan kerja atau teman baik daripada iklan. Mereka biasanya disebut sebagai generasi Milenial, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996. Jika perusahaan ingin meningkatkan penjualan, sebaiknya perusahaan mulai memperhatikan generasi Milenial. Apalagi dengan jumlah lebih dari seperempat populasi di dunia, kenyataan tersebut sama dengan daya beli yang serius. Bahkan, tercatat bahwa Yayasan Kamar Dagang Amerika Serikat (the US Chamber of Commerce Foundation) memperkirakan bahwa generasi yang disebut juga dengan generasi Y ini telah menghabiskan sekitar $200 miliar dalam setahun untuk membeli barang serta jasa. 

 

Ulasan dari rekan

Mungkin perbedaan terbesar antara Generasi Milenial dan pendahulunya adalah sejauh mana mereka mengandalkan jaringan rekan untuk informasi dan opini. Selama beberapa dekade, merek-merek besar menghabiskan banyak uang untuk iklan TV dan cetak agar semakin banyak pangsa pasar yang bisa mereka dapatkan. Namun, semua cara itu berubah dengan generasi Milenial sebagai target pasar. Dalam suatu survei, tercatat hanya 1% generasi Milenial yang mengatakan bahwa kepercayaan mereka pada suatu merek meningkat karena iklan merek tersebut. Sebaliknya, mereka lebih mempercayai sumber informasi lain, seperti teman, anggota keluarga serta ulasan daring. Menurut sebuah penelitian, tercatat 84% orang dari generasi Milenial beralih ke konten buatan penjual di media sosial untuk menentukan keputusan mereka. Banyak dari para penjual itu mengulas produk mereka sendiri.  Akibatnya, peran pemasar mulai berubah. Alih-alih membentuk opini secara langsung, mereka bertindak sebagai fasilitator percakapan.

 

Penjangkauan Komunitas

Karena ketertarikan generasi Milenial terhadap media sosial, beberapa perusahaan juga melihat peluang untuk membangun hubungan dua arah yang lebih dalam dengan generasi ini. Misalnya, setelah Coca-Cola Co. meluncurkan kaleng soda dengan nama yang dipersonalisasi, perusahaan tersebut mengundang pelanggan untuk membagikan foto dan komentar mereka sendiri menggunakan hashtag #ShareaCoke di Twitter. Perusahaan lain yang mencoba meningkatkan keterlibatan pelanggan melalui platform sosial adalah Johnson & Johnson, induk dari merek produk perawatan kulit Clean & Clear. Pada tahun 2014, mereka meluncurkan kampanye di mana kaum Milenial dapat menggunakan YouTube dan berbagi pengalaman mereka menangani jerawat. Kampanye tersebut tidak hanya membangkitkan semangat untuk lini produk, tetapi juga memanfaatkan rasa komunitas dan pengalaman orang-orang nyata yang begitu dihargai oleh banyak anggota dari segmen usia ini.

 

Bersifat mobile

Memiliki smartphone sudah menjadi hal umum di semua kelompok usia, namun pengguna terbesar mereka adalah generasi Milenial atau generasi Y. Sebuah survei di tahun 2019 menemukan bahwa lebih dari 96% orang Amerika berusia 18-29 tahun dan 92% dari mereka yang berusia 30-49 tahun memiliki setidaknya satu smartphone. Menurut sebuah penelitian, generasi Milenial menghabiskan waktu rata-rata 5,7 jam sehari di smartphone mereka. Tren ini memberi tekanan pada perusahaan untuk memiliki kehadiran yang lebih kuat yang dapat diakses melalui telepon seluler jika mereka ingin menarik pembeli yang lebih muda. Hal itu mendorong perusahaan untuk membuat situs web yang mobile-friendly sehingga konsumen dapat lebih mudah meneliti produk atau melakukan transaksi. Mayoritas generasi Milenial juga menggunakan smartphone mereka untuk membandingkan harga dan mencari kupon saat mereka berkeliaran di lorong-lorong.


Artikel Terkait