SEPUTAR FOREX

SEPUTAR FOREX

HARD & SOFT CURRENCY: APA ITU?

Story by : Debby Lukito Goeyardi
Category at: SEPUTAR FOREX
Published : September 23, 2020
Dilihat: 4651 kali

Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.


Bingung mau melakukan apa selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau selama masa pandemi virus corona ini? Yang jelas, gunakan waktu Anda untuk belajar hal baru, seperti belajar trading yang tercatat malah makin diminati oleh berbagai kalangan di saat banyak orang harus #dirumahaja, salah satunya adalah trading forex.

Anda pasti sudah paham bahwa forex merupakan kepanjangan dari foreign exchange yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia sebagai valuta asing (valas). Secara garis besar, valuta asing atau forex merupakan suatu konversi mata uang suatu negara ke negara lain. Dalam ekonomi bebas, mata uang suatu negara dinilai menurut hukum supply dan demand (persediaan dan permintaan). Sederhananya, nilai mata uang dapat dipatok atau dikonversikan ke mata uang negara lain. 

Valuta asing penting karena merupakan alat pembayaran yang sah dalam perdagangan Internasional di mana negara-negara yang melakukan jual beli menginginkan pembayaran atas barang yang dijual kepada negara lain dengan menggunakan mata uang negaranya. Selain itu, bisa juga menggunakan mata uang negara lain yang telah ditentukan sebagai standar, misalnya Dollar Amerika, Yen Jepang dan sebagainya.

Ada dua istilah mata uang yang kita kenal, yaitu hard currency dan soft currency.

 

 

 

Apa itu hard currency?

  • Hard currency atau disebut juga sebagai strong currency mengacu pada uang yang dikeluarkan oleh suatu negara yang stabil secara enomoi dan politik.
  • Diterima secara luas di seluruh dunia sebagai bentuk pembayaran barang dan jasa yang mungkin malah lebih disukai daripada mata uang domestik negara tersebut. 
  • Mata uang yang termasuk dalam hard currency sering mengalami apresiasi atau kenaikan nilai jika dibandingkan dengan mata uang lainnya.
  • Yang masuk dalam hard currency adalah Poundsterling (Inggris), Dollar AS (Amerika Serikat), Yen (Jepang), Deutchsmark (Jerman), Franc (Perancis) dan lain sebagainya.
  • Hard currency diharapkan relatif tetap stabil dalam waktu singkat dan menjadi sangat likuid di pasar valas.
  • Mata uang yang paling dapat diperdagangkan di dunia adalah dolar AS (USD), Euro Eropa (EUR), Yen Jepang (JPY), Poundsterling Inggris (GBP), Franc Swiss (CHF), dolar Kanada (CAD) dan dolar Australia (AUD). Semua mata uang ini memiliki kepercayaan investor dan bisnis internasional karena mereka umumnya tidak rentan terhadap depresiasi atau apresiasi yang dramatis.
  • Dolar AS menonjol dibanding mata uang lainnya karena memiliki status sebagai mata uang cadangan devisa dunia. Inilah mengapa banyak transaksis internasional dilakukan dalam dolar AS.
  • Jika mata uang suatu negara mulai melemah, warganya akan mulai memegang dolar AS dan mata uang safe-haven lainnya untuk melindungi kekayaan mereka. 

 

Apa itu soft currency?

  • Soft currency merupakan mata uang dengan nilai yang berfluktuasi, terutama lebih rendah, sebagai akibat dari ketidakpastian politik atau ekonomi negara.
  • Akibat ketidakstabilan mata uang ini, para pedagang valuta asing cenderung menghindarinya. Di pasar keuangan, para peserta sering menyebutnya sebagai "weak currency’.
  • Mata uang dari sebagian besar negara berkembang dianggap sebagai soft currency. Seringkali, pemerintah dari negara berkembang ini menetapkan nilai tukar tinggi yang tidak realistis, lalu mematok mata uang mereka ke mata uang seperti dolar AS.
  • Soft currency lebih tidak stabil karena sifat alaminya yang mendorong pergerakan serta kurangnya likuiditas.
  • Soft currency tidak mungkin dipegang leh bank sentral sebagai cadangan devisa, tidak seperti pada dolar AS, euro (EUR) dan Yen Jepang. 
  • Contoh soft currency adalah dolar Zimbabwe dan bolivar Venezuela. Zimbabe dan Venezuela telah mengalami ketidakstabilan politik dan juga hiperinflasi yang menyebabkan devaluasi tajam pada mata uangnya dan pencetakan uang kertas berdenominasi tinggi.

 

Happy trading!


Artikel Terkait