SEPUTAR FOREX

SEPUTAR FOREX

Perjalanan Sang raja Tottenham Hotspur, ‘The Boxer’ Joe Lewis

Story by : Citra Nuraini
Category at: Artikel Baru
Published : April 11, 2022
Dilihat: 625 kali

Seorang Blogger yang menyukai bidang jurnalistik, content writer, SEO, dan copywriting. Menyukai isu seputar dunia finansial, film, kebudayaan, dan human interest. Saat ini bergabung di belajartrading.co.id sebagai content writer.


zoom

Pernahkah kamu menyangka seorang Sultan terlahir dari seorang rakyat jelata, tanpa privilege. Ada! Walau langka. Salah satunya kelangkaan itu ditempuh John Lewis. Sang Sultan pemilik Tottenham Hotspur ini ternyata lahir seperti kebanyakan rakyat.

Lewis Kecil dalam Lingkaran Kemiskinan

Lahir di St. Mary-Le-Bow, Lewis kecil dibesarkan disebuah flat sederhana di atas sebuah pup bertajuk bertajuk The Roman Arms di London Timur. Beranjak usia 15 tahun, dia harus meninggalkan sekolah. Keluarganya tak memiliki cukup uang untuk membiayai pendidikannya. Dia pun memutuskan untuk bekerja demi sesuap penghidupan. Pria kelahiran 5 Februari 1937 ini pun bekerja di usaha catering milik ayahnya. Sebagai pelayan, dia dibayar dengan upah 6 pounds seminggu atau senilai Rp120 ribu.

John Lewis dan Usaha Membangun Jaringan Bisnis

Pada akhirnya, semua usaha dan kerja keras yang ia lakukan tidak sia-sia. Beberapa tahun setelah ia ikut berkecimpung mengelola usaha milik ayahnya, bisnis tersebut sukses. 

Secara perlahan, John Lewis mulai membangun bisnisnya di West End London (distrik besar di London) bernama Tavistock Banqueting.  Dia membuka restoran, termasuk Northumberland Grand, sebuah restoran bertema pakaian mewah. Dia mulai mengembangkan segala hal bertujuan menggerakan pariwisata.  Lewis mengembangkan Beefeater, Cockney, Caledonian, dan Hanover Grand. Dia mengelola klub super pertamanya yang disebut The Talk of The Town pada 1960-an. Di sana, pemusik-pemusik legendaris seperti Frank Sinatra, Diana Ross, hingga Tom Jones tampil. Di Grand Hanover, Lewis memberikan The Nolans pertunjukan live pertama mereka. Dia juga ikut mendirikan Planet Hollywood dan Hard Rock Cafe, yang terkenal ke seluruh dunia. Dia mengadakan tur bus di London untuk orang asing dan mengantarkannya ke restorannya.

Menyulap Profit Berkali-kali Lipat dari Trading

Pada tahun 1979, Lewis memutuskan pindah ke Bahama. Tak cukup dengan bisnis, John Lewis mulai peruntungan di dunia investasi dan trading. Pada tahun tahun 1979, ia mengambil langkah besar. Dia menjual semua aset usaha keluarganya. Dana hasil penjualan tersebut kemudian ia gunakan trading forex dan investasi. 

Keseriusannya, dia buktikan dengan mulai mempelajari dasar-dasar trading dan investasi. Tanpa disangka, pada tahun 1992, Joe meraih profit besar bersamaan dengan peristiwa "Black Wednesday". Alhasil, dia berhasil menyulap penghasilannya jadi berkali-kali lipat.

Kerajaan Bisnis Tavistock Group

Tak cukup sampai disitu. Joe Lewis menggunakan hasil trading untuk mendirikan perusahaannya sendiri bernama Tavistock Group. Dia merambah ke berbagai sektor investasi bisnis melalui Tavistock Group. Namanya semakin dikenal sebagai investor ulung di Britania Raya. Ia mendapatkan julukan sebagai "The Boxer". Namanya mirip dengan seorang legenda tinju asal AS kelas berat, Joe Louis. Joe Lewis sendiri juga dikenal sebagai "investor kelas berat" dengan modal besar.

Portofolio Tavistock Group semakin berkembang pesat dengan lebih dari 200 perusahaan di 15 negara. Salah satunya adalah English National Investment Company (ENIC Group), sebuah perusahaan investasi terkenal di Inggris yang menaungi beberapa tim sepakbola di beberapa negara. Bersama ENIC Group, Joe Lewis terus mengekspansi bisnisnya dengan membeli saham-saham dari beberapa klub sepakbola, diantaranya seperti: Glasgow Rangers, Slavia Prague, AEK Athens, Vicenza, dan yang paling terkenal adalah tim papan atas Premier League, Tottenham Hotspur.


Artikel Terkait