SEPUTAR FOREX

SEPUTAR FOREX

RISIKO INVESTASI DALAM SAHAM TESLA

Story by : Debby Lukito Goeyardi
Category at: SEPUTAR FOREX
Published : November 19, 2020
Dilihat: 2164 kali

Debby Lukito Goeyardi adalah seorang penulis yang sudah menerbitkan belasan buku. Dengan bekal ilmu dari jurusan Business Administration di Kennedy-Western University, Debby siap memasuki dunia pasar keuangan bersama PT. Astronacci International.


Walaupun dianggap sebagai saham berisiko tinggi dan imbalan tinggi oleh banyak orang, namun Telsa Motors, Inc. (TSLA) menempati peringkat paling menarik di antara perusahaan publik paling menarik di dunia. Sang CEO Elon Musk merupakan superstar kontroversial di industri teknologi serta akar dari Silicon Valley Tesla yang telah meningkatkan eskpektasi para investor. Tesla menarik lebih banyak perhatian pada musim panas tahun 2018 setelah Elon Musk mulai berbicara mengenai menjadikan perusahaan Tesla sebagai perusahaan pribadi. Hal ini merupakan sesuatu yang sebenarnya pernah diumumkan oleh perusahaan untuk tidak akan melakukan tindakan tersebut, setelah banyak kontroversi yang terjadi. 

Masa depan mobil Tesla memang memiliki potensi yang menarik namun tetap sulit untuk diprediksi. Para investor Tesla harus mengurangi harapan mereka serta mulai mempertimbangkan bagaimana faktor risiko yang mungkin dihadapi oleh Tesla selama lima hingga 10 tahun ke depan dapat membahayakan keuntungan di masa depan. 

 

Harga mobil Tesla akan tetap terlalu mahal:

Calon konsumen Tesla Model S masih dihadapkan pada label harga yang tinggi yang dimulai pada angka $75.000, walaupun dengan insentif pemerintah yang memberi keringanan pajak untuk teknologi alternative. Bahkan opsi baru Model 3 dengan biaya lebih rendah dari Tesla berada pada angka $35.000 sebelum insentif pajak serta penghematan bahan bakar. Hal ini masih merupakan harga yang mahal bagi banyak orang. Faktanya, mobil-mobil tersebut tidak hanya mahal untuk dibeli oleh para konsumen, namun juga mahal untuk dibuat oleh Tesla. 

 

Mobil Tesla bisa kehabisan baterai:

Salah satu masalah awal yang dihadapi oleh para eksekutif Tesla adalah kurangnya baterai untuk menyalakan produk mereka. Gigafactory Tesla di Sparks – Nevada diharapkan mampu mengatasi krisis baterai perusahaan. Bangunan superstruktur lithium-ion yang memiliki luas lebih dari 1,9 juta kaki persegi ini merupakan proyek untuk membantu meningkatkan produksi hingga lebih dari 500.000  mobil Tesla setiap tahun. Elon Musk mengisyaratkan bahwa perusahaan akan membutuhkan beberapa gigafactory untuk menangani permintaan baterai. Hal ini tentunya akan membutuhkan sejumlah besar pengeluaran modal (CapEx) untuk membuat perusahaan tetap terisi penuh dan para pemegang saham senang. 

 

Harga gas rendah:

Ketika harga gas mengalami kejatuhan pad tahun 2014 dan 2015, Tesla kehilangan sebagian pamornya. Bagaimana pun, mobil bertenaga bensin bersaing dengan produk Tesla, maka penurunan harga bahan bakar membuat mobil bertenaga bensin lebih menarik secara ekonomis. Jika Tesla akan bertransisi menjadi produsen mobil arus utama dan menghasilkan arus  kas yang konsisten, maka Tesla perlu menjual lebih banyak mobil. Perlu diingat bahwa konsumen cenderung tidak beralih ke mobil listrik jika bahan bakar berbasis minyak bumi tetap menjadi alternatif yang jauh lebih murah. 

 

Meningkatnya persaingan kendaraan listrik:

Tesla bukanlah perusahaan pertama yang membuat mobil listrik. Mobil listrik pertama mungkin dibuat pada awal tahun 1834 oleh Thomas Davenport. Namun, Tesla tampaknya yang paling sukses sejauh ini. Dua pesaing penting Tesla, yaitu Chevrolet Bolt dan Nissan Leaf, gagal mendapatkan daya tarik awal karena harga eceran yang tinggi dan jarak tempuh yang terbatas. Namun tahun lalu, Nissan mengumumkan peluncuran seri Leaf baru yang dipatok mulai harga $29.999 dengan jangkauan hingga 6 kilometer. Begitu juga perusahaan-perusahaan produsen mobil listrik lainnya. Jika ini terjadi, maka pangsa pasar Tesla mungkin mulai ramai.  

 

 

 

Happy investing!


Artikel Terkait