ARTIKEL BARU

ARTIKEL BARU

Economic Bubble atau Gelembung Ekonomi, Fenomena Menakutkan Buat Para Trader

Story by : Hadi J
Category at: Artikel Baru
Published : July 14, 2022
Dilihat: 614 kali

Hadi adalah penasihat perdagangan di pasar berjangka sebagai pedagang valas dan komoditas. Sebagai seorang trader scalper, Dia menggunakan strategi Trendline dan Indikator Aligator untuk trading. Dia akan membantu Anda mempelajari cara menghasilkan uang dari 'zero' menjadi 'hero'.


zoom

Anda pernah mendengar fenomena Economic Bubble atau gelembung ekonomi? Peristiwa ini menjadi sebuah momok menakutkan bagi para trader. Bahkan ancaman bagi perekonomian dunia. Sebenarnya apa itu Bubble Economy? Simak ulasannya!

Apa itu Economic Bubble? 

Sebelum menjelaskan tentang Economic Bubble, saya akan mengutip penjelasaan dari Investopedia. Dilansir dari Investopedia.com, Economic Bubble diartikan sebagai:

“A bubble is an economic cycle that is characterized by the rapid escalation of market value, particularly in the price of assets.”

Jadi sebuah Economic Bubble atau gelembung ekonomi didefinisikan sebagai siklus ekonomi yang ditandai dengan eskalasi nilai pasar yang cepat, terutama pada harga aset.

Peningkatan nilai harga yang melambung tinggi dengan cepat ini lama-kelamaan akan pecah atau berkontraksi selayaknya gelembung. Pasca pecah, nilai harga tadi pada suatu titik, akan menjadi sangat rendah. Istilah ini sering juga disebut ‘Crash’ atau ‘bubble burst’. Fenomena bubble economy lazim terjadi pada efek, pasar saham, dan bisnis Properti.

Berdasarkan sejarah, fenomena economic bubble ini telah terjadi beberapa kali. Hingga saat ini telah terjadi beberapa kali fenomena bubble economy, misalnya housing bubble (sektor perumahan), stock bubble (pasar saham), dotcom bubble (sektor teknologi) dan masih banyak lagi. Bubble economy memiliki dampak buruk terhadap ekonomi khususnya secara makro.

Apa Penyebab Bubble Economy?

Apa penyebab bubble economic? Sayangnya belum ada ada kesepakatan yang jelas mengenai penyebab gelembung dan masih menjadi perdebatan.  Salah satu pendapat yang paling kencang digaungkan atas penyebab gelembung ekonomi adalah lemahnya kebijakan keuangan. Ditengah melemahnya kebijakan keuangan, terjadi pula kelebihan likuiditas moneter.

Baca Juga: Faktor-Faktor Politik yang Menyebabkan Pergerakan Drastis di Market

Ketika suku bunga turun, orang-orang akan memilih tidak menyimpan modalnya ke dalam rekening tabungan. Selain itu orang-orang pun berbondong-bondong mengambil hutang untuk mendapatkan dana segar yang digunakan untuk membeli aset tertentu, contohnya properti.

Ingat peristiwa housing bubble atau krisis  yang terjadi di tahun 2008? Mereka menggunakan uang pinjaman mereka untuk membeli Properti. Dengan jumlah permintaan yang meningkat, harga Properti dan aset pun semakin meningkat. Pada saat itu, bubble terjadi atas tingginya kredit gagal bayar atas kredit perumahan di Amerika. Oleh karena itu, bubble tahun 2008 juga disebut subprime mortgage atau krisis kredit perumahan.

Dilansir dari consumerfinance.gov, subprime mortgage dijelaskan sebagai

“A subprime mortgage is generally a loan that is meant to be offered to prospective borrowers with impaired credit records. The higher interest rate is intended to compensate the lender for accepting the greater risk in lending to such borrowers.”

Pendapat lainnya yang menjelaskan penyebab economic bubble adalah ketidakseimbangan dalam cara orang melihat kesempatan. Misalnya pembeli yang mencoba mengejar harga aset dibandingkan membeli berdasarkan nilai intrinsic dari aset.

Kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi secara emosional tanpa perhitungan. Membuat banyak yang membeli sesuatu karena hal tersebut sedang naik dan berharap kenaikannya akan lama. Mengutip penjelasan dari moneyunder30.com, bahwa ekonomic bubble terjadi ketika harga lebih besar dari value. 

“an economic bubble is when the price of an asset gets rapidly and artificially inflated past its fundamental value due to investor demand.”

Atas dasar ini, semua instrumen keuangan dapat menyebabkan bubble. Saat ini, semua aset berpeluang untuk bubble seperti saham, properti, hingga kripto. Lebih lanjut dijelaskan, “Even consumer goods like cars and Pokemon Cards can bubble in value!” Bahkan sebuah kartu pokemon berpeluang jadi pemicu bubble ketika harganya lebih besar dari valuenya.

Lantas mengapa saya perlu membahas topik ini? Tentu saya berhubungan dengan aktivitas trading Anda. Pertanyaan selanjutnya, apa saja step menuju bubble, bagaimana menyiapi bubble dalam kaitannya dengan aktivitas trading Anda. Simak pembahasan selengkapnya di artikel berikutnya.

Namun, jika Anda penasaran dengan topik ini terutama pengaruhnya terhadap trading langsung hubungin saya. Saya siap berdiskusi dengan Anda!

RECOMMENDATION FROM EXPERT:

Pastikan anda Mengetahuinya dengan BACA dan PAHAMI dalam artikel ini.

Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan Saya untuk mengenal trading lebih detail.

CALL atau whatsapp dan cari HADI silahkan hubungi di SINI


Artikel Terkait