ARTIKEL BARU

ARTIKEL BARU

MENGENAL INFLASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN

Story by : Hadi J
Category at: Artikel Baru
Published : April 20, 2022
Dilihat: 533 kali

Hadi adalah penasihat perdagangan di pasar berjangka sebagai pedagang valas dan komoditas. Sebagai seorang trader scalper, Dia menggunakan strategi Trendline dan Indikator Aligator untuk trading. Dia akan membantu Anda mempelajari cara menghasilkan uang dari 'zero' menjadi 'hero'.


zoom

Perlu diketahui, dalam kehidupan sehari-hari dan berita televisi, inflasi sudah lazim disebut-sebut. Namun, kebanyakan orang tak sungguh-sungguh memahami apa itu inflasi, melainkan semata-mata menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk saja. Nah, di sini kita akan mendalami arti inflasi yang sesungguhnya. Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode tertentu di sebuah wilayah tertentu. Perhatikan bahwa inflasi tidak serta merta merupakan kenaikan harga saja. Jika warung bakso langganan Anda menaikkan harga, maka itu bukan inflasi. Namun, jika survei lembaga statistik telah menyimpulkan ada tren kenaikan harga bakso, soto, berbagai makanan lain, buah-buahan di pasar, pakaian di mall, perabotan, BBM, biaya kesehatan, biaya pendidikan, dan berbagai barang-jasa lainnya dalam satu periode tertentu (biasanya bulanan), maka itu berarti telah terjadi inflasi. Dalam kondisi ekonomi normal pun tetap akan terjadi inflasi apabila pertumbuhan populasi meningkat, hingga permintaan akan barang dan jasa naik terus menerus. Buktinya, sebungkus permen berharga Rp25 pada era 1990an, sekarang harganya Rp100 atau Rp200. Jika dulu kita bisa membeli sebungkus permen dengan harga Rp 1,000; kini kita harus merogoh kocek sebanyak 10,000.

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya daya beli mata uang secara terus menerus. Selain itu, istilah inflasi digunakan untuk mendefinisikan peningkatan jumlah uang beredar yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Inflasi sendiri dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yakni inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat, dan hiperinflasi. Selain itu, terdapat pula situasi yang berkebalikan dari inflasi, yaitu deflasi. Deflasi terjadi apabila indikator-indikator harga bukannya meningkat, melainkan menurun (inflasi negatif).

Hiper-Inflasi

Dalam keadaan normal, tingkat inflasi selaras dengan tingkat pertumbuhan suatu negara. Diantara negara-negara berkembang, biasanya inflasi dianggap wajar bila berada di sekitar 3-4% per tahun dengan toleransi deviasi antara 1-2%. Namun, untuk negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Zona Euro, Inggris, dan Jepang, bank sentral biasanya menargetkan inflasi 2% saja. Apabila sampai terjadi inflasi berat atau bahkan hiperinflasi, maka itu bisa mengindikasikan kalau suatu negara tengah larut dalam krisis ekonomi (resesi). Contohnya ketika Presiden Robert Mugabe dari Zimbabwe ingin mempertahankan kekuasaannya, ia mencetak lebih banyak uang Dolar Zimbabwe. Akibatnya justru merusak perekonomian.

Jumlah barang dan jasa yang tersedia menurun akibat salah kebijakan, sedangkan jumlah uang beredar meningkat; sehingga orang-orang berebut mengeluarkan dana sebesar-besarnya untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan. Hal ini memicu kenaikan harga-harga secara drastis hingga inflasi mencapai puluhan ratusan, jutaan, hingga milyaran persen dalam setahun (hiperinflasi). Daya beli mata uangnya di dalam negeri anjlok dan kurs nilai tukarnya merosot drastis. Mulai tahun 2009, Zimbabwe tak lagi mencetak uang sendiri dan masyarakat terpaksa menggunakan mata uang asing seperti Dolar AS, Euro, dan Yuan untuk bertransaksi sehari-hari.

RECOMMENDATION FROM EXPERT :

  • Pastikan anda Mengetahuinya dengan BACA dan PAHAMI dalam artikel ini.
  • Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan Saya untuk mengenal trading lebih detail.
  • CALL atau whatsapp dan cari HADI  silahkan hubungi di SINI

Artikel Terkait