Danuh Nuraga adalah Konsultan Perdagangan di Pasar Keuangan yang membantu Trader dan Investor profesional mendapatkan pengetahuan berharga dan strategi penting. Ia lulus dari California State University of Northridge di AS dan memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang Manajemen Bisnis. Ia juga memiliki pengetahuan dalam dunia bisnis, namun memiliki pengetahuan yang sangat luas di bidang Penerbangan dan memiliki Lisensi Pilot..
Sumber: Freepik
Trading saham maupun forex tidak hanya mengenai kapan waktu yang tepat untuk membeli instrumen tersebut, tetapi juga kapan waktu yang tepat untuk menjualnya (exit point), sehingga trader bisa mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Waktu jual yang tepat ini bisa terjadi karena dua motif, yaitu take profit dan stop loss.
Take profit adalah level harga dimana trader menjual aset yang dimilikinya demi mendapatkan keuntungan. Adapun stop loss adalah level harga dimana trader menjual aset tersebut demi menghindar dari kerugian yang lebih dalam.
Kedua level harga untuk exit point ini harus ditentukan secara hati-hati, supaya trader tidak mendapatkan kerugian tajam atau gagal memaksimalkan keuntungan. Lantas, bagaimana cara menentukan stop loss dan take profit yang ideal? Di bawah ini ada beberapa beberapa tips yang bisa Anda gunakan dalam menentukan stop loss dan meraih profit.
Menggunakan Fixed Reward Risk Ratio
Cara pertama untuk menentukan level take profit dan stop loss yang ideal adalah dengan menggunakan fixed reward risk ratio atau rasio keuntungan dan kegagalan yang bersifat tetap. Reward risk ratio adalah rasio perbandingan kemenangan dan kekalahan trader dalam satu periode.
Misalnya, seorang day trader membuka posisi trading sebanyak 10 kali dalam satu hari. Dari 10 kali trading tersebut, 6 diantaranya mendapatkan kemenangan dan 4 sisanya mendapatkan kekalahan. Ini artinya, reward risk rasio yang dimiliki trader tersebut adalah 3:2 atau 1,5.
Fixed reward risk ratio ini dapat Anda gunakan untuk menentukan nilai take profit dan stop loss dengan cara mengalikannya dengan nilai nominal harga yang dapat Anda korbankan pada setiap trading. Misalnya, Anda membeli saham A dengan harga Rp1.000 rupiah per lembar dan toleransi risiko 10%. Ini artinya, Anda harus bersiap memasang stop loss ketika harga turun ke Rp900 per lembar dan siap take profit ketika harga naik ke level 1.150 per lembar. Angka 1.150 ini diperoleh dari hasil tambah antara 1.000 dengan 1,5 x 100.
Untuk stop loss, level fixed reward risk ratio ini dapat Anda pasang menggunakan fitur trailing stop loss, khususnya jika toleransi risiko Anda berbentuk persentase. Hal ini supaya level harga jual untuk menghindari kerugian tersebut ikut naik ketika harga mengalami kenaikan.
Menggunakan Fibonacci Retracement
Fibonacci retracement adalah cara untuk membuat garis resistance dan support berdasarkan golden ratio yang dibuat oleh Fibonacci. Keistimewaan dari garis resistance dan support yang dibuat menggunakan metode ini adalah sifatnya yang fleksibel mengikuti perubahan harga secara otomatis. Selain itu, dalam 1 chart bisa terdapat beberapa garis tambahan sekaligus.
Hal ini mengingat bahwasanya golden ratio dari ahli matematika ini tidak hanya berkembang menjadi dua rasio saja. Dalam menggunakan indikator ini sebagai cara untuk menentukan stop loss dan take profit yang ideal, sebaiknya Anda menggunakan rasio 0.382 dan 0.618 untuk take profit dan garis dari rasio di bawahnya sebagai level stop loss.
Menggunakan Pola Harga
Sumber: Freepik
Meskipun baik harga saham maupun forex bergerak sesuai dengan kondisi pasar pada waktu tertentu, namun disadari atau tidak pergerakan harga ini akan membentuk pola-pola tertentu. Pola-pola ini dapat dimanfaatkan oleh trader untuk mengambil keputusan trading yang tepat guna, termasuk dalam hal penentuan level stop loss dan take profit.
Ambil saja pola triangle sebagai contoh. Pola triangle adalah pola harga yang terbentuk dari garis resistance dan support yang saling mendekat satu sama lain (konvergen). Pola ini ditandai dengan jarak antara kedua garis tersebut yang saling mengecil.
Menggunakan Indikator Teknis
Sumber: Freepik
Saat ini ada ratusan bahkan ribuan indikator teknis berbasis olah data statistik yang digunakan dalam trading. Setiap indikator teknis memiliki ciri dan dampak tersendiri. Banyak diantara indikator teknis tersebut yang dapat digunakan sebagai acuan mematok level stop loss dan take profit yang ideal.
Contohnya adalah bollinger band. Indikator teknis yang dibuat oleh John Bollinger ini berupa 3 garis yang bergerak mengikuti pergerakan harga aset. Garis pertama dan ketiga merupakan garis bollinger atas dan bawah, sementara garis kedua yang terletak di tengah merupakan garis simple moving average (SMA).
Sederhananya, Anda dapat memasang level stop loss pada level harga yang dilewati garis SMA dan menetapkan target profit ketika harga menyentuh garis bollinger atas (jika Anda membuka long position) dan menyentuh garis bollinger bawah (jika short seller).
Namun karena pergerakan ketiga garis ini mengikuti pergerakan harga secara keseluruhan, maka Anda tetap harus mempertimbangkan risk and reward ratio, supaya sinyal jual dan beli tidak muncul sewaktu-waktu.
Selain harus merencanakan kapan level stop loss dan take profit harus dipasang, trader juga perlu mempertimbangkan kecepatan eksekusi rencana trading tersebut. Pasalnya, harga saham, forex dan aset keuangan lainnya dapat berubah hanya dalam hitungan menit dan detik. Untuk mengatasi masalah ini, Anda dapat memasang rencana exit point menggunakan limit order, dan market order jika eksekusi tersebut harus dilakukan secepatnya.
- Pastikan anda Mengetahuinya dengan BACA dan PAHAMI dalam artikel ini.
- Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan
Saya untuk mengenal trading lebih detail.
- Untuk pembelajaran lebih intensif dan lebih dalam, silahkan
ke Sekolah Forex Gatis
- CALL atau whatsapp dan cari DANUH silahkan hubungi di SINI